Dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045, pemerintah dan masyarakat berharap generasi muda hari ini menjadi generasi unggul, inovatif, dan cakap menghadapi tantangan global. Namun, ada satu aspek fundamental yang kerap terlupakan: literasi digital.
Seperti yang disampaikan dalam artikel Kompas.com (21 Juni 2025), rendahnya literasi digital di kalangan remaja dapat menimbulkan kecemasan baru. Bukan karena mereka tidak akrab dengan teknologi, melainkan karena mereka belum cukup mampu memilah informasi yang membanjiri ruang digital.
“Tanpa literasi digital yang kuat, generasi muda justru bisa menjadi korban disinformasi, hoaks, dan polarisasi sosial,” tulis jurnalis Tri Purna Jaya dalam artikel tersebut.
Literasi digital bukan sekadar bisa menggunakan gawai atau media sosial, tapi meliputi kemampuan berpikir kritis, mengevaluasi sumber informasi, dan berperilaku etis di ruang digital. Tantangan terbesarnya justru bukan pada akses teknologi, tetapi pada pembentukan budaya berpikir kritis dan bijak dalam menggunakan teknologi.
Menyitir data dari Kemendikbudristek, tingkat literasi digital di Indonesia masih berada pada kategori sedang. Artinya, masih ada ruang besar untuk perbaikan — baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan literasi di komunitas, sekolah, dan perguruan tinggi.
Di tengah serbuan informasi dan algoritma media sosial yang semakin canggih, generasi muda perlu didampingi agar tidak terjebak dalam ekosistem digital yang hanya memperkuat bias dan disinformasi.
“Tanpa landasan literasi yang kuat, ‘generasi emas’ bisa berubah menjadi generasi yang justru membuat kita cemas,” tulis Kompas.com dalam penutup artikelnya.
Sumber:
Artikel asli: Tanpa Literasi, Generasi Emas Bisa Bikin Cemas – Kompas.com (21 Juni 2025)
Link: https://www.kompas.com/edu/read/2025/06/21/154702971/tanpa-literasi-generasi-emas-bisa-bikin-cemas