Jakarta, Kompas
Jakarta, Kompas Perpustakaan digital adalah masa depan distribusi ilmu pengetahuan dan informasi. Karena mereka memungkinkan akses tanpa batas waktu dan tempat, diharapkan literasi masyarakat akan meningkat.
Perpustakaan digital sangat penting untuk mengatasi buku bacaan masyarakat yang terbatas. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) merekomendasikan agar setiap individu dapat mengakses tiga buku setiap tahunnya. Namun, karena bahan bacaan terbatas, sembilan puluh orang di Indonesia menunggu satu buku.
Budaya literasi Indonesia masih perlu ditingkatkan. Pada 2019, nilai budaya literasi Indonesia adalah 55,03, menurut data Badan Pusat Statistik. Sementara itu, Kajian Budaya Baca Masyarakat Indonesia pada 2019 mencatat nilai rata-rata kegemaran membaca publik adalah 53,84, yang merupakan kategori sedang.
Sumber daya manusia berkualitas tinggi sangat penting untuk menghadapi era perkembangan teknologi, kata M Syarif Bando, Kepala Perpustakaan Nasional, Rabu (16/2/2022). Perpustakaan membutuhkan peningkatan literasi karena literasi semakin penting untuk kreativitas, inovasi, ilmu pengetahuan, dan penguasaan teknologi.
Pada diskusi online Perpustakaan Digital Solusi dalam Menghadapi Era Teknologi 5.0, dia menyatakan, "Ada lima tingkat literasi, tapi kita masih ada di tingkat pertama, yaitu kemampuan membaca, menulis, dan menghitung." Perpustakaan Nasional menyiarkan diskusi melalui kanal YouTubenya.
Menurut Andi Ibrahim, Wakil Dekan I Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, perpustakaan digital dapat membantu mengatasi keterbatasan informasi dan pengetahuan. Pengguna perpustakaan atau pemustaka dapat mengakses sejumlah besar data tanpa harus hadir secara langsung. Perpustakaan digital juga dapat dikunjungi kapan saja.
Perpustakaan digital memungkinkan orang mengakses banyak informasi dan pengetahuan tanpa harus hadir secara fisik.
"Perpustakaan digital berperan untuk mendiseminasi koleksi digitalnya ke masyarakat secara cepat, tepat, dan murah," kata Andi. "Selama ada akses internet dan gawai, pemustaka bisa mengakses perpustakaan."
Perpustakaan digital juga memungkinkan informasi dikumpulkan secara kolektif. Koleksi perpustakaan digital juga telah dikurasi, sehingga publik lebih mudah memilah informasi yang melimpah di seluruh dunia.
Sebaliknya, sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengembangkan perpustakaan digital harus disiapkan. Sekurang-kurangnya, karyawan yang dimaksud harus memiliki keterampilan dalam teknologi informasi. Pustakawan juga harus meningkatkan kemampuan mereka, seperti mengemas data atau informasi dengan cara yang mudah dibaca oleh orang lain.
Selain itu, infrastruktur pendukung harus disiapkan, yang mencakup peladen, server, dan aplikasi yang digunakan untuk mengakses perpustakaan digital. Peta jalan untuk digitalisasi perpustakaan juga sangat penting.
Perpustakaan Nasional juga memulai Perpustakaan Digital dengan aplikasi iPusnas yang diluncurkan pada 2016. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari satu juta kali dan menerima 987.369 peminjaman buku pada tahun 2018.
Di Indonesia, platform online telah berkembang, menurut Duta Baca Indonesia Gol A Gong. Hal ini digunakan oleh pemustaka dalam kegiatan literasi. Untuk berinteraksi dengan pembaca, penulis juga menggunakan platform digital. karya yang ditulis oleh penulis. (Kompas.id, 18/1/2022).
Sumber : Link