logo-untag-surabaya

Developed By Direktorat Sistem Informasi YPTA 1945 Surabaya

logo-untag-surabaya

Detail Berita

Perpustakaan memiliki fungsi yang lebih dari sekadar tempat membaca

Transformasi perpustakaan sangat penting untuk memperkuat peranannya sebagai sarana pembelajaran. Perpustakaan perlu memperluas fungsi dan perannya agar tidak hanya menjadi tempat membaca.

JAKARTA, KOMPAS — Kemajuan teknologi telah mengubah cara orang mengakses sumber bacaan. Pemustaka pun tidak perlu lagi datang ke perpustakaan. Oleh karena itu, perpustakaan didorong memperluas fungsi dan perannya agar tidak sekadar menjadi tempat membaca. Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas (Perpustakaan Nasional) Deni Kurniadi mengatakan, transformasi perpustakaan diperlukan untuk memperkuat perannya sebagai sarana pembelajaran. Pemanfaatan sumber bacaan dengan menggunakan teknologi informasi diharapkan membantu masyarakat dalam menjawab kebutuhan sehari-hari.

”Peran perpustakaan tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat,” ujarnya dalam Seminar dan Musyawarah Nasional Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKI) ke-7 bertema Perluasan Peran dan Fungsi Profesional dan Kelembagaan Perpustakaan Khusus di Indonesia, di Jakarta, Senin (26/9/2022).

Berdasarkan sensus perpustakaan pada 2018, terdapat 164.610 unit perpustakaan di Indonesia. Sebanyak 6.552 unit di antaranya merupakan perpustakaan khusus yang berada di kementerian atau lembaga, perusahaan, organisasi sosial, rumah ibadah, dan lainnya.

Baca

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Deni menuturkan, kemajuan penggunaan internet dan integrasi data telah mengubah perilaku pemustaka dalam mencari informasi. Saat ini, kunjungan fisik tidak lagi menjadi ukuran utama kinerja layanan perpustakaan.

Oleh sebab itu, transformasi dan inovasi layanan mutlak dibutuhkan untuk merespons perubahan tersebut. Salah satunya dengan mengembangkan konten digital agar memperluas aksesibilitasnya.

”Kembangkan juga layanan prima yang meliputi sarana akses, basis data, diversifikasi layanan, dan kepuasan pemustaka,” katanya.

Deni menambahkan, konvergensi perpustakaan dapat dilakukan dengan melengkapi layanan lain, seperti multimedia, pelatihan, ruang pameran, dan kafe. Selain itu, juga mengembangkan jejaring ke komunitas warga untuk mengoptimalkan potensi sumber bacaan.

Transformasi dan inovasi layanan perpustakaan mutlak dibutuhkan untuk merespons perubahan tersebut. Salah satunya dengan mengembangkan konten digital agar memperluas aksesibilitasnya.

Perpustakaan berperan penting dalam meningkatkan literasi bangsa. Namun, literasi saat ini bukan lagi sebatas kemampuan mengenal kata, membaca, dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat dalam kalimat.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan, telah menjadi mandat Undang-Undang Dasar 1945 untuk menjadikan masyarakat cerdas, sejahtera, bersatu, dan ikut menjaga perdamaian dunia. Oleh karena itu, perpustakaan menjadi penggerak utama dalam mendukung pembangunan di Indonesia.

”Kalau tidak membaca, itu nanti akan menjadi masalah. Sebab, belum ada cara instan di seluruh dunia yang mampu menginjeksi ilmu pengetahuan ke kepala,” ujarnya.

Syarif Bando menyebutkan, di awal kemerdekaan Indonesia masih banyak warga belum bisa membaca dan menulis. Oleh karena itu, literasi saat itu lebih banyak menekankan pada kemampuan mengenal huruf dan kata.

”Saat ini, literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subyek ilmu tertentu yang dapat diimplementasikan dengan inovasi untuk memproduksi barang dan jasa berkualitas tinggi serta dapat dipakai dalam memenangi persaingan global. Jadi, bukan sebatas pada baca dan tulis,” ujarnya.

Perpustakaan menjadi salah satu sarana mencerdaskan masyarakat. Kecerdasan itu kemudian dipakai untuk memproduksi sesuatu sehingga diharapkan meningkatkan daya saing bangsa.

”Jangan lagi bayangkan perpustakaan adalah satu buku untuk satu orang. Tetapi, bagaimana mengubah paradigma orang menjadi produsen,” ucapnya

 

Ekosistem digital

Ketua Umum FPKI Eka Meifrina menyebutkan, tugas dan fungsi perpustakaan khusus mengalami banyak perubahan seiring dengan perkembangan internet. Oleh sebab itu, perpustakaan dituntut beradaptasi terhadap perubahan agar menjadi salah satu penggerak transfer pengetahuan untuk mendongkrak literasi warga.

 

”Peran penting perpustakaan juga mewujudkan ekosistem digital yang diharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kecerdasan bangsa,” katanya.

Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka) Kementerian Pertanian Gunawan menuturkan, kemajuan teknologi informasi menghadirkan beragam tantangan bagi perpustakaan. Dengan kebutuhan informasi yang serba cepat, masyarakat ingin dapat mengakses informasi dari mana pun dan kapan pun tanpa harus datang ke perpustakaan.

”Kita berperang dalam kondisi orang yang penginnya serba praktis. Menunggu orang datang itu sudah kuno. Jadi, harus jemput bola,” ujarnya.

Pustaka mempunyai 55.691 judul buku cetak dan 1.100 judul buku elektronik. Pihaknya berupaya memanfaatkan kekayaan sumber bacaan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan sejumlah pihak, termasuk petani.

”Masih banyak petani belum mengetahui atau memahami teknologi dan skema pemberdayaan untuk membantu usaha tani. Padahal, potensinya banyak. Perpustakaan harus hadir untuk menjawabnya lewat berbagai inovasi,” ujarnya.

Manajer Layanan Data dan Informasi The Center for International Forestry Research (Cifor) and World Agroforestry (ICRAF) Sufiet Erlita menyampaikan, perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai penyedia layanan atau jasa sumber bacaan, tetapi bagian dari proyek penelitian sehingga perlu dilibatkan dalam riset.

”Kami memastikan para pustakawan adalah partner yang setara dalam proyek penelitian. Fungsi staf perpustakaan sangat penting dalam membuat rencana pengembangan data,” ucapnya.

Sumber : Kompas